Selasa, 14 Juli 2009

Upgrade Performa Satria FU-150 Bolt On (PnP)

Mendongkrak power Suzuki Satria F150 bisa dilakukan bertahap. Bahasa kerennya step by step. Mulai dari yang paling mudah dilakukan dengan harga terjangkau sampai yang sulit dikerjakan dengan harganya mahal.

Seperti paket yang disodorkan R59 Racing khusus Satria F-150. Satu paket terdiri knalpot Pico, CDI BRT Dualband, karburator dan kem. Tapi, jika dananya minim bisa dibeli ketengan.

Untuk pemula atau yang masih awam bisa mulai dari beli knalpot dulu. “Siapa saja bisa pasang. Dirancang tinggal plek dan sudah dilengkapi braket,” jelas Ergus, bos R59 Racing dari Jl. Dewi Sartika, No. 32, Ciputat, Tangerang.

Menurut Ergus, knalpot yang dari bahan steinless steel dan aluminium ini dirancang simpel. “Artinya tidak perlu ganti spuyer. Cukup seting setelan udara,” jelas Ergus yang masih pengantin baru itu.

Untuk membuktikan omongan Ergus perlu dilakukan pengujian. Guna mengukur kenaikan tenaga dan torsi menggunakan dynotest merek Dinojet 250i milik BRT (Bintang Racing Team). Juga mengukur pake AFR-meter untuk ngetes campuran bensin-udara sebagai panduan seting spuyer.

Dipandu Suar instruktur dynotest. Pengetesan dilakukan pada Suzuki Satria F-150 2007 harian. Tahap awal dites dulu kondisi standar tanpa penggantian apapun. Mesin sanggup memuntahkan tenaga 11,62 dk pada 9.000 rpm. Torsinya 9,8 Nm pada 7.300 rpm.

Selanjutnya penggantian knalpot standar. Langsung pakai pipa buang merek Pico dan tanpa seting udara. Setelah dilakukan pengetesan, mesin sanggup memuntahkan power 12,86 pada 10.100 rpm. Artinya terjadi kenaikan tenaga 1,24 dk. Lumayan tinggi untuk ukuran motor standar.

Torsi juga terdongkrak. “Setelah ganti knalpot jadi 10,68 Nm. Artinya mengalami kenaikan 0,88 Nm,” jelas Suar yang asli wong Jowo itu.

Selain uji power dan torsi, sekaligus juga melakukan pengukuran pakai AFR-meter. Campuran bensin udara berada di rentang 13 : 1. Ini masih dirasa sangat ideal untuk ukuran motor kohar alias korek harian. Berarti omongan Ergus terbukti. Pake knalpot ini, tidak perlu lagi ganti spuyer. Sekali lagi, sudah langsung pas begitu pipa saluran buang dipasang.

Percaya?

CDI KHUSUS

Untuk pemula atau yang awam, setelah ganti knalpot menyusul pasang CDI Racing. Sebagai pasangan knalpot Pico tadi, bisa pakai CDI BRT Dualband edisi khusus. wak, kayak tabloid aja! Atau bisa aplikasi CDI BRT I-Max yang bisa diprogram. Timing pengapiannya bisa mengikuti panduan Suar.

Katanya sih, kurvanya pada rpm 1.500 yaitu 15 derajat, rpm 2.500 yaitu 27 derajat, rpm 3.000-6.000 yaitu 36 derajat, 6.500-11.000 yaitu 42 derajat, 11.500 yaitu 41 derajat, 12.000-16.000 yaitu 40 derajat. Semua ada 20 step dan per step naik 500 rpm.

Setelah menggunakan CDI racing edisi khusus tadi, tenaga mesin meningkat 13,53 dk pada 10.000 rpm. Artinya power mengalami kenaikan lagi sebesar 0,67 dk. “Total setelah menggunakan knalpot racing dan CDI khusus tadi jadi 1,91 dk. Artinya, ada kenaikan sebanyak 2 dk,” jelas Ergus yang bisa ditanya soal teknik di (021) 93339259.

Sumber : Motorplus Online


Komparasi Knalpot Aftermarket Buat Honda Blade

Sudah dibuktikan M. Nurgianto dan Erwin Akiang, pembalap dan mekanik asal tim Honda Banten NHK FDR, bahwa Honda Blade bisa fight diadu kencang berskala nasional. Tentu hal itu juga bikin pembesut kuda besi itu jadi ingin upgrade performa.

Dengan model plug and play, ganti knalpot bisa dijadikan solusi. Saat ini ada 3 merek (3D1, AHAU & AHRS), yang sudah bikin knalpot freeflow buat bebek 110 cc itu. Walau pilihannya hanya ada 3 produk, tapi tetap bikin bingung memilihnya.

Makanya, sebagai panduan, Tim OTOMOTIF mencoba tes terhadap produk-produk itu. Mau tau hasilnya? Don’t go anywhere.

3D1

Leher knalpot racing ini diracik dari bahan pipa yang didesain mirip leher standarnya. Kemudian pada bagian silencer, dibuat dari pelat galvanis dan dilapisi pernis. Pada ujung moncong lubang peredam terbilang paling besar dibanding kompetitor.

Isi silencer-nya juga dibikin langsung, tanpa ada sekat penahannya. “Tujuannya agar terdengar lebih plong dan tidak nahan,” aku Edi Karyadi, bos Edi Racing Sport di Jl. Raya Depok-Sawangan, Jabar.

Peranti ini di pasaran ditawarkan seharga Rp 200 ribu dengan suara ngebas namun tidak berisik. “Putaran rendah, suaranya adem. Namun saat putaran tinggi, akan meningkat lebih keras sesuai putaran gas,” imbuh pria berjenggot ala pentolan grup musik Dewa.

Telp. 021-7520406

Ahau

Penerus gas buang yang juga dibalut pernis ini, model dan bahannya hampir mirip kompetitornya. Namun di ujung silencer-nya didesain agak bulat, guna menciptakan suara yang lebih siem (lembut).

“Meski harian, knalpot tersebut dibuat freeflow. Makanya di dalam silencer tidak terdapat sekat, hanya saringan yang berbentuk seperti pipa,” ungkap Rudi ‘Ahau’ Sukirman, dedengkot Ahau Motor, di Arteri Kelapa Dua, Depok.

Bagi motormania yang berminat, siapkan dana Rp 250 ribu untuk menebusnya. “Perlu diingat! Kalau hasil mau lebih maksimal, lebih baik setting ulang karburator. Terutama pada setelan udaranya,” anjur Ahau.

Telp. 021-87710836

AHRS

Berpengalaman di dunia balap nasional, tentu membuat AHRS lebih mudah untuk melakukan development pada produk perangkat gas buang. Walau demikian, tidak lupa juga soal tampilan ikut jadi prioritas.

“Mau yang buat balapan maupun harian, desainnya mesti enak dilihat. Jangan sampai hanya performa saja yang dikejar, namun tampangnya kurang. Konsumen tidak bakal melirik juga,” ujar Bagus Ardian, sales dan marketing manager AHRS.

Saat ini, model Hexacon Series 02 jadi produk yang bisa diandalkan dalam hal performa juga tampilan. Tertarik? Harga eceran tertinggi penerus gas buang ini dibanderol Rp 350 ribu.

Telp: 021-77820649

HASIL TEST
Menggunakan Dynojet 250i milik tim balap Bintang Racing Tim di Cibinong, Bogor, pengetesan ke-3 produk tersebut dilakukan. Masing-masing produk punya kesempatan 5 kali run. Intinya, selain melakukan pengetesan terhadap kenaikan power dan torsi pada masing-masing knalpot, juga dilakukan analisa Air Fuel Ratio (AFR).

“Analisa tersebut digunakan untuk mengetahui perbandingan udara dan bahan bakar setelah menggunakan knalpot aftermarket tersebut. Dari situ akan diketahui, yang mesti dilakukan terhadap main maupun pilot jet,” ungkap Suar, mekanik sekaligus operator mesin Dynojet tersebut (hasil tes lihat tabel).

Knalpot Power Torsi
Standar 6,6dk/7.000rpm 5,54Nm/5.400rpm
Ahau 7,41dk/8.000rpm 5,56Nm/5.400rpm
AHRS 7,51dk/8.400rpm 5,56Nm/5.400rpm
3DI 7,59dk/8.400rpm 5,50Nm/5.400rpm

ANALISA AFR
Ahau : Lebih nendang bila pilot jet naik 1 step, main jet tetap
AHRS : Akan maksimal bila pilot dan main jet naik 1 step
EDI : Pilot jet standar mesti dinaikan 1 step, untuk hasil yang terbaik

Sumber : Otomotifnet.com