Minggu, 02 Agustus 2009

Tips Upgrade Performa Honda Blade Standard Road Race

Bagi yang menyaksikan langsung kejurnas Motoprix seri pertama di sirkuit Delta Mas bulan lalu pasti geleng-geleng kepala lihat Honda Blade milik Tim Honda Banten. Motor gres dari PT Astra Honda Motor (AHM) ini melejit di barisan terdepan di antara Yamaha Jupiter Z yang selalu mendominasi jalannya road race tanah air.

Di kelas seeded, Mariasan Kocek sang pembalap mampu finish ke empat di race kedua namun tidak bisa finish dirace pertama karena rantai ketengnya tiba-tiba kendur di tengah jalannya lomba. Bahkan saat kualifikasi Honda Blade ini mencatatkan waktu setara dengan Jupiter Z milik Rafid Topan dan duet Adi AW – Diaz KJ.

Diakui Akiang sang mekanik, settingan untuk turun di kejurnas Motoprix seri pertama ini masih step 1. “Masih seadanya, karena dukungan dari AHM juga minim dan ketersediaan spare partnya yang sulit didapat jadi kendala,” ungkap mekanik yang juga jago bubut ini. Karena masih step satu mari kita bongkar rahasia dapur pacunya. Siapa tahu bisa diaplikasikan untuk motor korek harian.

Diuntungkan Konstruksi Kepala Silinder

Rocker arm punya perbandingan tinggi
Kubah landai bikin mudah naik kompresi
“Basic-nya kepala silinder Honda Blade sudah sangat bagus. Terutama perbandingan (ratio) rocker arm lebih tinggi dari mesin Honda lainnya,” buka Akiang yang punya nama asli Edwin ini. Perbandingan rocker arm Honda Blade 1:1,5 artinya saat rocker arm tertonjok camshaft (noken as) dalam posisi lift penuh, pada klep membuka 1,5 kali dari tinggi tonjokan camshaft.

“Karena tinggi camshaft dibuat 6mm maka klep membuka 9mm,” terang Akiang. Perbandingan ini lebih tinggi dari Jupiter Z dan Supra X 125 yang hanya 1:1,33. Hasilnya noken as berputar lebih ringan karena tidak membutuhkan daya tekan besar untuk membuat klep membuka makin tinggi.

“Selain itu, camshaft juga dilengkapi dengan dua laher di kanan dan kiri bikin putaran noken as tambah ringan,” lanjut Akiang yang bengkelnya mangkal di Ciputat ini. Selanjutnya Akiang hanya mendesain camshaft baru yang mengatur lubang isap agar membuka di 34 derajat sebelum TMA dan menutup di 56 derajat setelah TMB. Dengan lift yang hanya 9mm dan LSA yang tak lebih dari 103 derajat maka over lap kedua klep saat membuka bersamaan sekitar 3mm.

Camshaft berdurasi 270 derajat
Ahau sumbang performa lewat knalpot
“Tenaga atasnya masih kurang tapi bawahnya sudah bagus. Nanti tinggal dimainkan saja over lap-nya sesuai kaakter sirkuit,” terang Akiang sambil menyebutkan kubah kepala silinder Blade ini sudah lebih ceper sehingga lebih mudah menaikan kompresi. Ini juga salah satu keunggulan kontruksi kepala silinder Blade.

“Hanya mengganti piston dengan yang memiliki dome lebih tinggi 2,5mm, kompresi langsung naik tanpa harus membuat squish atau merubah sudut kubah. Paling hanya papas sedikit saja,” yakin Akiang yang juga yakin kompresi yang didapat 13,6:1. Dan hasil modifikasi step satu ini baru memuntahkan peak power 16dk di 8000 rpm. Sudah dua kali lipat dari tenaga standarnya.

Intake Panjang dan Porting Cobra

Makin panjang, torsi makin besar
Kebanyakan mekanik balap ramai-ramai pasang intake karburator sependek mungkin. Namun berbeda dengan prinsip yang dipegang Akiang. Pria berkulit putih ini justru pasang intake panjang. “Makin panjang tekanan gas bahan bakar jadi makin tinggi. Torsi makin tinggi dan power tengah-bawahnya enak.

“Saya pakai intake KOSO yang dipotong lalu disambung sekitar 15cm,” jelas Akiang sambil menggambarkan bentuk porting Honda Blade ini mirip kepala ular cobra. “Saat masuk kecil lalu membesar di tengahnya dan mengecil lagi sesuai ukuran klep,” jelas Akiang.

Tensioner Rantai Keteng Custom
Tensioner rantai keteng Blade masih menggunakan fitur yang sama dengan mesin generasi C series yaitu menggunakan roller, bukan bilah seperti pada Supra X125. Agar rantai keteng enggak gampang kendur, Akiang memodifikasi dengan menggunakan bilah dan setelan kekerasan mirip Supra X 125. Hasilnya lebih awet dan konsisten di putaran tinggi.

Pengapian Murah Meriah
Tidak ada yang istimewa di sektor pengapian. Tidak ada barang mahal, magnet hanya pakai standar bawaan pabrik. “Magnet standar hanya dibubut. Totalnya berat tinggal 600 gram. Sedang CDI pakai BRT i-max untuk Supra X125,” terang pria yang suka pakai baju warna merah ini. CDI Supra X125 ternyata sama persis dengan CDI Honda Blade. “Pick up magnetnya sama tuh, tinggal sesuaikan kabelnya aja karena beda di soket,” lanjut Akiang.

Kopling Supra X 125
Bawaan Honda Blade ini sudah mengadopsi kopling dengan sistem pegas diapragma. Namun karena keterbatasan part makanya Akiang nekat menggantinya dengan kopling set sistem pegas spiral bawaan Supra X125.
“Sebenarnya pegas diapragma sudah mumpuni meski masih standar. Kemampuannya menekan kompling pun lebih merata ketimbang pegas. Tapi cari partnya susah sekali, dari pada pusing mendingan diganti,” tutup Akiang.

Rangka Standar Sudah Mumpuni
Kaget juga melihat Honda Blade ini buka baju. Tidak ada modifikasi berarti disini. Hanya modifikasi sokbraker depan agar rebound nya lebih lambat dang anti sokbraker belakang dengan keluaran Daytona. Tidak ada potong rangka, ubah bracket sokbraker, tukar swing arm atau pindah posisi tanki. “Rangkanya sudah enak banget, ngelawanlah sama Jupiter Z,” yakin Mariasan Kocek sang pilot Honda Blade.

Data Modifikasi:
Klep : Honda Sonic 27/22,5mm
CDI : BRT I-max
Karburator : Mikuni TM 24
Master rem depan : Koso
Disk brake depan : Daytona
Sokbraker belakang : Daytona
Knalpot : Ahau

Rudi Jaya Motor
Jl Dewi Sartika no.32
Ciputat, Banten
081 6191 3858

Sumber : Otomotifnet.com

Aplikasi Oil Cooled Buat Motor

motor panas? Adalah wajar bila dipakai jarak jauh. Tapi jadi gak lumrah kalo baru dipakai jarak dekat sudah overheat. Mungkin karena oli mesin sudah terlalu encer atau lama tidak diganti.

“Juga bisa karena gesekan antarpart berbahan metal di dalam mesin yang cukup besar akibat pelumasannya kurang maksimal,” ungkap Nazar, empunya Nazar Motor (NM) di Jl. Kebagusan Raya II No.22, Jaksel.

Ini akan mengakibatkan onderdil-onderdil di dalamnya cepat aus dan menimbulkan suara kasar, yang ujung-ujungnya butuh diservis. Nah untuk mengurangi panas tinggi dan oli mesin terlalu encer, ada beberapa bengkel yang menawarkan pemasangan oil cooler (OC).

“Tujuannya untuk mendinginkan oli mesin dari hasil sirkulasi di dalam bak mesin maupun bak kopling. Kalau kekentalannya terjaga, gesekan antarpart tidak terlalu besar, sehingga umur pakai onderdil bisa tahan lama,” imbuh pria bertubuh kurus tinggi ini.

Nazar menawarkan paket OC ini seharga Rp 450 ribu yang dipasang di Yamaha Jupiter Z dengan radiator cooler aftermarket . Pemasangan tak banyak ubah part orisinalnya, yakni dengan bikin 2 jalur oli baru pada head mesin.

Head depan kanan bagian bawah (dekat tutup klep) untuk jalur suplai oli dari pompa oli, sedang jalur kedua (jalur masuk ke noken as) dibikin di depan dekat lubang busi .

“Sebelum oli mesin melumasi noken as, pelatuk dan peranti lain di dalam head, oli panas dari mesin akan bersirkulasi di radiator cooler dulu untuk didinginkan. Dipastikan oli yang masuk lebih dingin dan kental (tidak terlalu encer), sehingga kemungkinan besar gesekan antarpart di dalamnya juga tidak terlalu besar,” aku pria yang masih lajang ini.

Demikian pula yang dilakukan Thole, penggawang Thole Motor (TM). Bapak 2 anak ini biasa pasang di motor sport dengan banderol Rp 650 ribu buat Honda Tiger dan Rp 550 ribu di Yamaha Scorpio, dengan aplikasi radiator cooler copotan Suzuki Satria FU.

“Peranti tambahan ini juga buat ngantisipasi overheat dan piston ngadat. Saat motor diajak menempuh perjalanan jauh dengan kecepatan rata-rata di atas 100 km/Jam atau waktu turing luar kota,” ungkap Thole, yang work shopnya di Jl. Serdang Baru Raya No. 7 Kemayoran, Jakpus.

Masalah pemasangan, pria ramah ini mengambil jalur dari bak transmisi dan bak kopling . Suplai oli dari pompa oli, dibikinkan jalur baru dari rumah bak transmisi bagian kanan di bawah blok mesin. Sedang oli balik, hasil sirkulasi dimasukkan ke jalur baru pada bak kopling bagian ujung kanan depan.

“OC ini juga bagus buat besutan yang sering melewati kemacetan di dalam kota seperti kota Jakarta yang rawan macet,” imbuh pria ramah ini. Dingin oee..!

Sumber : Otomotifnet.com

Tips Ganti Kampas Rem Belakang Suzuki Satria FU-150

Hayo apa beda pengereman depan dengan belakang pada motor bebek. Yup di bagian haluan, semuanya sudah pakai sistem cakram. Sementara di bagian belakang, masih ada yang pakai sistem teromol. Iya, kan? Nah ngemeng-ngemeng (omong-omong) soal pengereman dengan cakram di bagian depan, tentu sudah sering dibahas masalah bagaimana cara ganti disk pad alias kampas rem. Tapi bagaimana cara ganti kampas rem untuk yang pengereman belakangnya pakai cakram seperti pada Suzuki Satria FU 150 ? “Tidak susah kok, selain itu alat-alat yang digunakan juga tidak terlalu banyak. Cukup sediakan kunci ring ukuran 14, 17 dan kunci L-5,” ungkap Philips, mekanik bengkel motor umum Formula Motor di Griya Harapan Permai, Bekasi Barat. Malah, kalo mau disambi nonton hasil quick count pilpres juga bisa. Asalkan TV-nya ditaruh dekat Anda membengkel. Dalam bahasa sederhana, gampang banget, deh! Asalkan tahu tahapannya. Mau tahu caranya lebih lanjut? Pertama-tama kendurkan (bukan dicopot) lebih dulu baut L yang dipakai buat pengunci antara kaliper dengan dudukannya . “Cara pertama ini harus dilakukan sebelum roda belakang dilepas. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah baut L tersebut jadi aus,” ujar pria berkulit sawo matang ini. Baru kemudian dilanjutkan dengan melepas as roda dengan kunci 14 di sebelah kiri dan 17 di sebelah kanan. Kelar melepas roda, pasti diikuti juga dengan copotnya dudukan kaliper yang menempel pada as roda dan swing arm. “Baut L yang di langkah awal hanya dikendurkan, sekarang bisa dilepas agar kaliper bisa terpisah dengan dudukannya,” terang Philips. Selanjutnya kampas rem yang sudah lawas bisa dilepas dan diganti dengan kampas rem baru yang harganya Rp 15 ribu. Oh ya sebelum pasang kampas rem baru, perhatikan piston pada kalipernya. Bila ada kotoran bisa dibersihkan sekalian. Silakan gunakan bensin. Intinya, buat jaga-jaga. Sekaligus sebagai prosesi perawatan. “Jangan sampai gara-gara kotoran tersebut, fungsi pengereman jadi terganggu,” wanti pria yang kasih tahu bila tak ada kampas rem orisinal Satria FU, bisa disubstitusikan pakai kampas rem depan bawaan Suzuki Spin. Memberi grease alias gemuk pada 2 batang di dudukan kaliper bisa jadi langkah selanjutnya . Itu sebelum perangkat semua pengereman dirakit dan ban belakang dipasang kembali. Simpel, kan?

Sumber : Otomotifnet.com