Selasa, 28 Juli 2009

Problem : Mengapa Doa Tidak Terkabul

Agama Islam menyuruh penganutnya supaya selalu bermohon kepada Allah swt. Setiap doa yang terbit dari hati yang tulus ikhlas akan diperkenankan oleh Allah Yang Maha Pemurah.

Allah berfirman dalam surah al-Baqarah ayat 186 yang bermaksud:
Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang aku (Allah) maka (jawablah) bahawa aku ini hampir. Aku memperkenankan doa orang yang memohon apabila dia (sungguh-sungguh) bermohon kepadaKu. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)Ku dan hendaklah mereka beriman kepadaKu, semoga mereka selalu mendapat panduan yang baik .

Ramai manusia mengeluh bahawa doanya masih belum diperkenankan Tuhan. Setiap pagi dan malam dia menadahkan tangan bermohon kepada Allah tetapi apa yang dimintanya tidak kunjung tiba.

Timbul pertanyaan di dalam hatinya : Kenapakah permohonannya itu masih belum dikabulkan Tuhan? Jarang orang yang berusaha untuk melakukan penelitian apakah sebab-sebabnya.

Pada hakikatnya sebab-sebabnya itu banyak terletak pada diri si pemohon itu sendiri. Kerana salah satu syarat yang penting untuk mendapat pengkabulan doa dari Ilahi haruslah doa itu disertai denagn hati yang khusyuk, bukan berdoa hanya di mulut sahaja. Tidak ada ertinya mulut yang kumat kamit sehingga kering tekak tetapi hati menerawang ke alam lain, jiwa tidak khusyuk mengadap Ilahi.

Dalam salah satu hadis dijelaskan bagaimana sifat dan bentuk doa yang diperkenankan Allah.
Sabda Rasulullah saw yang bermaksud : Apabila kamu meminta kepada Allah bermohonlah dalam keadaan kamu yakin sepenuhnya akan dikabulkan Tuhan. Allah tidak memperkenankan doa seorang hamba yang hatinya lalai.

Dari hadis tersebut, ditegaskan oleh Rasulullah saw supaya setiap orang yang berdoa harus yakin bahawa doanya akan diperkenankan Tuhan sama ada segera atau lambat. Yakin itu akan timbul apabila seluruh jiwa dan raga dipusatkan mengadap Ilahi.

Salah seorang ulama sufi yang terkemuka iaitu Ibrahim Bin Adham yang hidup pada abad kelapan, pernah memberikan huraian tentang sebab-sebab doa seseorang tidak diperkenankan Tuhan. Tatkala berkunjung ke Basrah, beliau menerima pertanyaan dari sebahagian penduduk : Kenapakah nasib kami masih belum berubah, pada hal kami selalu berdoa, sedangkan Allah menjanjikan dalam al-Quran akan memperkenankan doa setiap orang yang bermohon? Ibrahim Bin Adham memberikan jawapan bahawa sebab-sebabnya ada 10 macam, iaitu:

Yang pertama : Kamu tidak menunaikan hak-hak Allah. Kamu kenal Allah tetapi tidak memenuhi hak-haknya. Hak Allah swt yang paling utama ialah untuk disembah. Setiap orang wajib mensyukuri nikmat yang dilimpahkan Allah kepadanya dengan jalan menyembahnya dengan sebenar-benar erti ibadah.Bagaimanakah Tuhan akan memperkenankan doa seseorang hamba kalau Tuhan mengatakan supaya dia berjalan ke kanan tapi masih ditempuhnya jalan ke kiri.

Kedua : Kamu tidak mengamalkan isi al-Quran. Kamu senantiasa membaca al-Quran tapi tidak kamu amalkan isi-isinya. Kitab Suci al-Quran senantiasa dibaca, dilagukan dengan bermacam-macam lagu tetapi isinya tidak dipelajari dan dihayati. Kalau pun ada satu dua ayat yang dapat difahamkan tidak pula diamalkan bahkan kadang-kadang sengaja dilanggar.

Ketiga : Kamu tidak mengamalkan sunnah Rasulullah saw. Kamu selalu mendakwa cinta kepada Rasulullah saw tapi kamu tinggalkan sunnahnya. Rasulullah saw menunjukkan jalan yang lurus tapi tidak sedikit manusia yang memilih jalan yang bengkok. Kadang-kadang ada juga yang katanya mengikuti Sunnah Rasul tapi apa yang dikerjakannya itu bertentangan dengan apa yang dilakukan atau digariskan oleh Rasulullah saw, masih lagi mengikuti perkara-perkara khurafat yang bukan dari al-Quran atau as-Sunnah yang sahih.

Keempat : Kamu patuh kepada syaitan. Kamu sentiasa menyatakan bermusuh dengan syaitan tapi kamu patuhi dia. Syaitan itu adalah musuh manusia yang selalu berusaha menjatuhkan anak Adam ke lembah kehinaan dengan jalan mempengarohi nafsu manusia yang jelik. Dalam pergaulan hidup sehari-hari kebanyakkan manusia berlutut kepada syaitan dengan memperturutkan hawa nafsu yang buruk. Seharusnya manusialah yang menguasai nafsunya dan dengan sikapnya itu dia akan berjaya mengalahkan godaan syaitan.

Kelima : Kamu menerjunkan diri sendiri ke jurang kebinasaan. Kamu selalu berdoa supaya terhindar dari api neraka tapi kamu limparkan dirimu sendiri ke dalamnya. Iaitu kebanyakkan manusia ingin memasuki pintu kebahgiaan tapi sebaliknya dia sendiri seolah-olah mengunci pintu itu. Dia tidak mahu mengerjakan kebajikan tapi selalu bergelumang dengan perbuatan dosa dan maksiat.

Keenam : Ingin masuk Syurga tapi tidak beramal. Iaitu kamu berdoa untuk masuk Syurga tapi kamu sendiri tidak beramal untuknya.

Ketujuh : Sedar akan mati tapi tidak bersiap-siap untuk menghadapinya. Kamu mengatakan bahawa kematian itu pasti datang tapi tidak pula mempersiapkan diri menghadapinya. Kamu mengakui dan insaf bahawa hidup di dunia ini hanya sementara sahaja sedangkan hidup yang abadi ialah di akhirat kelak, namun demikian kamu tidak mengerjakan amal saleh yang akan menjadi anak kunci membuka pintu kehidupan yang abadi itu.

Kelapan : Kamu melihat cacat orang lain, cacat sendiri tidak nampak. Kamu sibuk memikirkan dan mengurus aib saudara-sudaramu, tapi kamu tidak melihat aib kamu sendiri . Orang yang demikian selalu menuding jari kepada orang lain tapi amat jarang menghadapkan telunjuknya ke dadanya sendiri.

Kesembilan : Kamu mengecap nikmat tetapi tidak bersyukur. Kamu makan nikmat Ilahi tapi kamu tidak bersyukur atas kurnia itu. Sejak kecil manusia menikmati nikmat Ilahi dan beratus-ratus kurniaan yang lainnya tapi tidak berterima kasih, malah kadang-kadang membangkang menunjukkan sikap bongkak dan lupa daratan.

Kesepuluh : Kamu menguburkan jenazah tapi tidak menginsafkan diri. Kamu turut menguburkan orang yang mati tapi kamu sendiri tidak mengambil iktibar dari peristiwa itu. Iaitu kalau ada orang yang meninggal dunia kamu selalu tidak ketinggalan turut menghantar jenazah itu sampai ke kubur, tapi malang sekali jarang kamu mengambil pelajaran dari kejadian itu, bahawa apabila hari ini kita turut menghantar orang ke kubur, mungkin esok lusa kita sendiri akan dihantar orang.

Demikianlah sepuluh sebab doa seseorang tidak diperkenankan Allah menurut butir-butir hikmah Ibrahim bin Adham. Ini seharusnya mengetuk pintu hati setiap mukmin untuk membuat penilaian dan mengenal diri sendiri. Moga-moga Allah menjadikan kita orang-orang mukmin yang melaksanakan kewajipan-kewajipan kita dengan ikhlas dan yakin.

Sumber:

Urgensi Menjaga Sebuah Persahabatan

Urgensi Menjaga Sebuah Persahabatan
Written by Rahmat Arafah Al-Madany
Sunday, 15 March 2009

Semenjak manusia dilahirkan ke muka bumi, tidak akan pernah terlepas dari bantuan pihak kedua. Maka selama hayat masih dikandung badan, manusia tidak akan pernah terlepas dari interaksi dengan orang lain. Dalam buku psikologi karangan Dr. Umar Muhammad At-Taumi Asy-Syaibani, beliau menyebutkan selama manusia menjalani roda kehidupan akan selalu berinteraksi dengan lingkungan, dimana dan kapanpun itu. Sehingga setiap manusia mempunyai aspek mempengaruhi dan dipengaruhi terhadap lingkungan dimanapun ia berada. Dampaknya, manusia bisa menjadi baik karena lingkungan, dan bisa menjadi rusak juga dikarenakan factor lingkungan.

Salah satu unsur dalam menjaga agar manusia mampu berinteraksi baik dengan lingkungan, adalah persahabat. Dalam banyak hal, sahabat yang menjadi teman kita mempunyai peranan dalam membentuk pola kehidupan dan berpikir kita. Maka, oleh karena itu, kita harus dapat mencari dan menjaga persahabatan yang baik sesuai dengan tuntunan Al-Qur'an As-Sunnah.

Akan tetapi, kita sering salah dalam memahami makna kata sahabat. Terkadang dalam memahami sahabat, kita lebih banyak memandangnya dari kaca mata duniawi atau materi. Namun seandainya terdapat kekuatan yang dapat menggabungkan antara hubungan duniawi yang menjadi perantara menuju kehidupan abadi di akherat, maka persahabatan tersebut akan menjadi begitu indah dalam menghiasi catatan perjalanan kehidupan kita. Karena dengan persahabatan yang indah, kita dapat saling nasehat dan menasehati. Jadi dengan adanya budaya saling nasehat menasehati, Insya Allah kehidupan kita akan senantiasa selalu dalam naungan dan Ridha Allah Subhanahu Wata'ala.

Dalam syair arab dikatakan, bahwa sahabat yang sejati adalah sahabat yang mampu membuat kita menangis, bukan sahabat yang membuat kita tertawa.

Dalam ungkapan tersebut ada dua hal yang perlu kita pahami maknanya, sehingga tidak terjebak oleh distorsi bahasa dalam aplikasi kehidupan bersosialisasi dengan lingkungan tempat kita berada.

Pertama adalah sahabat yang sejati adalah sahabat yang mampu membuat kita menangis. Dalam hal ini yang perlu digaris bawahi adalah kata menangis. Menangis disini bukan berarti mengeluarkan air mata. Namun makna menangis disini adalah, bagaimana seorang sahabat dapat dan mampu memberikan kesadaran kepada kita bahwa kehidupan didunia ini hanyalah sementara. Sehingga dikala kita lalai pentingnya menjalankan syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari, sahabat tersebut dapat memberikan nasehat untuk mengingatkan. Dalam hal ini yang perlu kita perhatikan adalah, lihatlah apa yang dikatakan (nasehat yang baik), tapi jangan melihat kepada siapa yang mengatakan. Maksudnya adalah, siapapun yang memberikan nasehat yang baik, kita harus menerimanya dengan lapang dada. Kita jangan terlalu mempermasalahkan siapa yang memberikan nasehat tersebut. Karena yang memberikan nasehat tersebut bisa jadi orangnya lebih kecil dari yang meneriama nasehat tersebut.

Kedua, adalah . bukan sahabat yang membuat kita tertawa. Pemahaman kata tertawa disini bukanlah tertawa seperti layaknya kita tertawa. Namun kandungan maknanya adalah ketika kita sedang ditimpa penyakit cinta dunia sehingga membuat kita lalai dengan godaan hawa nafsu duniawi, ketika itu teman yang ada di sekitar kita tidak dapat memberikan sebuah penyadaran. Namun justru ikut terbuai bersama dengan adanya godaan duniawi yang melalaikan tersebut.

Dalam realita kehidupan, banyak sekali kita dapati ketika seseorang memberikan sebuah nasehat atau ajakan terhadap sebuah kebaikan dalam panduan syariat agama Islam (Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah Shalallhu 'Alaihi Wasallam ) ia anggap itu sebuah angin lalu, atau bahkan ia anggap itu tidak penting dalam kehidupannya. Bahkan kita menyikapinya dengan dingin akan nasehat dan ajakan kebaikan teman tersebut. Karena ia merasa tidak akan mendapatkan kepuasan duniawi. Dalam hal ini kita telah terjebak akan kepuasan hawa nafsu duniawi. Namun sebaliknya, jikalau ada seorang teman yang mengajaknya kepada hal-hal yang dilarang oleh syariat islam, atau memberikan kepuasan hawa nafsu dengan bermacam godaan duniawi, tanpa pikir panjang, hal ini langsung ditanggapin, dan untuk kelompok terakhir ini lebih banyak dan lebih cepat untuk mendapatkan pengikutnya. Karena ia merasa mendapatkan kepuasan yang dirasakan dalam kehidupan duniawi.

Hal ini banyak sekali kita dapatkan dalam kehidupan sehari-hari. Contoh yang paling gampang adalah dalam kehidupan sehari-hari kita. Sebagai pemeluk agama Islam, kita diwajibkan untuk mendirikan sholat lima kali dalam sehari. Namun dalam mendirikan shalat tersebut terkadang kita sering menyepelekan atau menganggap remeh. Kita lebih mendahulukan kehidupan duniawi dikala datangnya waktu sholat. Sehingga betapa banyak diantara kita yang tanpa sengaja telah melalaikan shalat. Oleh karena itu, marilah kita lihat kembali apa yang telah difirmankan oleh Allah dalam surat Al-Ma'un ayat 4-5 yang artinya "Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,". Dalam Qur'an terjemahan terbitan Al-Huda (Kelompok Gema Insani) kata lalai berarti orang-orang yang tidak menghargai serta melalaikan pelaksanaan waktu-waktu sholat. Coba apa yang kita lakukan dikala waktu sholat datang ? Ketika itu terdapat sebuah tayangan bagus yang ada di layar televisi?, atau pada waktu yang bersamaan, kita diasyikkan dengan jual beli di pasar atau swalayan atau mall ?, atau pada waktu yang bersamaan kita sedang dipanggil oleh atasan kerja kita?

Dalam menjaga persahabatan dengan siapapun, ada beberapa hal yang harus kita perhatikan, sehingga tidak merusak hubungan persahabatan atau persaudaraan. Karena dalam Al-Qur'an surat Al-Hujurat ayat 10 yang artinya "Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat Rahmat."

Perkara-perkara yang dapat merusak hubungan persaudaraan diantaranya adalah:

1. Tamak dan rakus terhadap kepuasana duniawi.

Dalam hal ini, Rasulullah -Shalallahu 'Alaihi Wasallam- bersabda yang diriwayatkan oleh Ibnu Majjah, yang artinya " Zuhudlah terhadap dunia, maka Allah akan mencintai kamu. Zuhudlah terhadap apa yang dimiliki oleh manusia, maka mereka akan mencintai kamu".

Betapa banyak kita dapati dalam realita kehidupan, bahwa dua orang atau lebih dapat bertikai dikarenakan harta duniawi, bahkan sampai merenggut nyawa. Kenapa hal itu dapat terjadi? Pertama, karena satu sama lain saling merasa tidak puas dengan harta yang telah dimilikinya. Kedua, karena manusia telah menjadi budak hawa nafsu yang dimotori oleh syaitan.

Ibnu Qayyim mengatakan bahwa apabila kamu tertimpa musibah, maka mintalah musyawarah kepada saudaramu dan jangan meminta apa yang engkau perlukan. Sebab jika saudara atau temanmu itu memahami keadaanmu, ia akan terketuk dan terbuka hatinya untuk menolongmu, tanpa harus meminta atau meneteskan airmata. Hal serupa juga diungkapakan oleh Dr. Abdussalam Abdullah Jaqandi dalam bukunya Mursyid Ad-Du'at Wal-Mu'allimin fi At-Tarbiyati wa 'Ilmi An-Nafsi, bahwa setiap manusia dikatakan sukses dalam melakukan hubungan interkasi social ketika ia dapat memahami akan keluhan yang dialami oleh saudaranya dan ia berusaha mencarikan jalan keluarnya.

Sebuah syair arab menjelaskan bahwa dalam masalah kepuasan duniawi maka lihatlah kepada orang ada dibawah kita taraf ekonominya, sehingga dengan demikian dalam diri kita akan timbul rasa kepuasan terhadap apa yang telah dimiliki. Apabila telah memilki rasa kepuasan, maka kita akan dapat mensyukuri nikmat yang telah dianugerahkan Allah kepada kita. Akan tetapi untuk masalah kebaikan (ibadah, pendidikan), yang harus dijadikan barometer adalah orang yang lebih bagus dari kita kwalitasnya. Karena dengan demikian, kita akan terus berlomba-lomba agar menjadi lebih baik dari hari ke hari.

2. Maksiat Dan Meremehkan Ketaatan.

Apabila dalam menjalani kehidupan dihiasi dengan zikir dan ibadah serta membudayakan nuansa saling nasehat menasehati, maka betapa indahnya kehidupan yang kita jalani. Hal ini dapat kita lihat Firman Allah dalam Surat Al-'Ashr ayat 2-3 yang artinya "Sungguh manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati untuk kesabaran".

Akan tetapi jika yang terjadi adalah sebaliknya, berarti pergaualan yang kita bangun tersebut menjadi gersang. Hal ini terjadi karena hati telah menjadi keras sehingga membuka pintu kejahatan dan kelalaian.

Ibnu Al-Qayyim dalam bukunya Al-Jawaabul Kafii, mengatakan bahwasanya perbuatan maksiat yang diperbuat oleh manusia akan mengakibatkan rasa gelisah pada dirinya, sehingga menimbulkan rasa takut dan sedih. Sehingga ia akan merasa takut dan gelisah untuk atau ketika bertemu dengan saudara-saudaranya.

Kalau kita mau memperhatikan sejenak, kebanyakan diantara para pelaku kemaksiatan dan kemungkaran dalam menjalani persahabatan yang mereka bangun bukanlah atas dasar ketakwaan. Akan tetapi landasan yang mereka bangun adalah atas dasar kepuasan dan materi yang terlihat secara kasat mata dalam kaca mata duniawi, sehingga akibtnya adalah kacamata yang mereka bangun tersebut alkan mudah retka dan pecah. Itulah pangkal dan penyebab dari segala macam pertikaian dan permusuhan. Namun tanpa disadari, sesungguhnya hal tersebut akan menjadi beban yang akan dipikulnya pada hari Pembalasan yang maha adil.

Dalam surat Az-Zukhruf ayat 67 Allah berfirman yang artinya :" Pada hari itu sahabat-sahabat karib: Setengahnya akan menjadi musuh kepada setengahnya yang lain, kecuali orang-orang yang persahabatannya berdasarkan takwa ( iman dan amal soleh )."

Sedangkan persahabatan yang dibangun karena Allah, persahabatan tersebut akan terus berkelanjutan sampai di syurga, dalam hal ini Allah berfirman dalam Surat Al-Hijir ayat 45 yang artinya " Dan Kami cabut akan apa yang ada di hati mereka dari perasaan hasad dan dengki sehingga menjadilah mereka bersaudara ( dalam suasana kasih mesra ), serta mereka duduk berhadap-hadapan di atas pelamin masing-masing. "

3. Tidak menggunakan tata krama yang baik dalam berbicara.

Ketika berbicara dengan orang lain haruslah menggunakan tata krama yang baik dan sopan, serta juga harus mengenal karakteristik lawan bicara. Karena suatu permasalahan bermula karena salah dalam bertutur kata dan menyakitkan hati lawan bicara. Sehingga ada sebuah ungkapan bahwa lidah itu lebih tajam dibanding dengan sebilah pedang. Al-Qur'an telah mengajarkan kepada kita agar menggunakan tata karma yang baik dalam berbicara sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Isra ayat 53 yang artinya: " Dan katakanlah kepada hamba-hambaKu: Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia."

Dalam berbicara dengan orang lain, maka hindarilah melakukan bisik-bisik dihadapan muka umum. Karena berbisik-bisik dimana orang lain banyak menyaksikan akan dapat menimbulkan fitnah. Sehingga banyak sekali orang yang menganggap bahwa berbisik itu merupakan hal remeh, namun justru hal itulah yang menyebabkan orang bisa bertikai dan berburuk sangka terhadap yang berbisik-bisik. Rasulullah dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim yang artinya: "Jika kalian bertiga, maka janganlah dua orang diantaranya berbisik-bisik tanpa mengajak orang yang ketiga karena itu akan dapat menyebabkannya bersedih.". dalam hal ini para ulama telah menyepakati bahwa hendaklah kita menghindari dari perbuatan berbisik-bisik, karena hal itu akan membuka pintu bagi syetan untuk menghasut satu diantar yang lainnya.

Pokok-Pokok Pendidikan Anak

Ada banyak isyarat di dalam Al-Qur'an yang harus diperhatikan oleh setiap muslim. Satu dari sekian banyak isyarat itu adalah tentang pokok-pokok pendidikan anak yang dilakukan oleh seorang ahli hikmah yang bernama Luqman. Allah Swt mengabadikan keberhasilan Luqman dalam mendidik anak-anaknya di dalam surat Luqman atau surat 31.

Dalam tulisan yang singkat ini, ada 3 ayat yang perlu kita ambil sebagai pokok-pokok pendidikan dari orang tua terhadap anak-anaknya. Allah berfirman yang artinya:

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya diwaktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnyadalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka kuberitahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Luqman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (suatu perbuatan) seberat biji sawi dan berada dalam batu atau di langit tau di bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui (QS 31:13-16).

TIGA POKOK

Dari ayat di atas, sekurang-kurang ada tiga pokok pendidikan yang harus ditanamkan orang tua kepada anak-anaknya.

1. Memiliki Tauhid Yang Mantap.

Memiliki tauhid atau iman yang mantap merupakan sesuatu yang amat penting dalam kehidupan seorang muslim. Dengan iman yang mantap, seseorang akan memiliki akhlak yang mulia sebagaimana Rasulullah bersabda: Mukmin yang sempurna imannya, bagus akhlaknya (HR. Tirmidzi). Disamping itu dengan iman yang mantap, seorang mukmin akan memiliki rasa malu sehingga dia tidak mau melakukan hal-hal yang bernilai maksiat sebagaimana sabda Rasulullah Saw: Malu itu cabang dari iman. Dengan iman yang mantap, seorang mukmin juga suka memakmurkan masjid, baik membantu pembangunannya secara fisik, memelihara kebersihan masjid itu, melaksanakan berbagai aktivitas yang bermanfaat dan tentu saja suka shalat berjamaah di masjid, Rasulullah Saw bersabda: Apabila kamu melihat seseorang membiasakan datang ke masjid, maka saksikanlah dia itu sebagai seorang mukmin (HR. Tirmidzi dan Hakim).

Masih begitu banyak sifat-sifat mukmin yang tidak mungkin kita sebutkan dalam tulisan yang singkat ini, tegasnya dengan iman yang mantap, seseorang dengan senang hati akan menjalankan ketentuan-ketentuan Allah Swt dalam kehidupan ini, yang diperintah akan selalu dikerjakannya dan yang dilarang akan ditinggalkannya. Oleh karena itu, dalam awal pembinaan para sahabatnya, Rasulullah Saw lebih memprioritaskan pembinaan iman dan sebagaimana yang dilakukan Luqman terhadap anaknya, maka setiap orangtua pada zaman sekarang juga harus memanamkan keimanan yang mantap kepada anak-anaknya, dengan iman yang mantap itu dijamin sang anak akan berlaku baik, dimanapun dia berada, kemanapun dia pergi dan bagaimanapun situasi dan kondisinya.

2. Berbuat Baik Kepada Orang Tua.

Disamping iman yang mantap, yang harus ditanamkan oleh orangtua terhadap anaknya adalah berbuat baik kepada orang tua. Karena itu kepada para sahabatnya, Rasulullah Saw juga menekankan agar mereka berbuat baik kepada orang tuanya, maka ketika ada sahabat bertanya tentang siapa yang harus dicintainya dalam hidup ini, beliau menjawab: "Allah dan Rasul-Nya". Lalu sahabat itu bertanya lagi: "siapa lagi ya Rasul". Rasul menjawab: "ibumu", jawaban ini dikemukakan Rasul hingga tiga kali baru setelah itu: "bapakmu". Terhadap orang tua, jangankan sampai memukul atau menyakiti secara fisik, berkata "ah" saja sebagai penolakan terhadap keinginannya yang baik tidak boleh kita lakukan karena hal itu sangat menyakitkan orang tua, Allah berfirman yang artinya: Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah sekali-kali kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia (QS 17:23).

Meskipun demikian, di dalam surat Luqman diatas ditegaskan bahwa berlaku baik kepada orang tua tetap tidak boleh melanggar prinsip tauhid yang harus mentaati Allah diatas segalanya, maka bila perintah dan keinginan orang tua bertentangan dengan ketentuan-ketentuan Allah, maka keinginan dan perintah itu tidak boleh kita penuhi, tapi tetap harus berlaku baik kepada orang tua.Ketaatan kepada orang tua punya arti yang sangat penting dalam kehidupan manusia, dengan taat pada orang tua, insya Allah seorang muslim akan memperoleh keberkahan dalam hidupnya karena Allah akan ridha kepadanya, dan bila seseorang dimurkai oleh orang tuanya, maka Allah juga tidak meridhainya. Rasulullah Saw bersabda: Ridha Allah terletak pada ridha orang tua dan kemurkaan Allah terletak pada kemurkaan orang tua.

3. Bertanggung Jawab Dalam Berbuat.

Pokok pendidikan anak yang ketiga yang ditanamkan Luqman kepada anaknya adalah rasa tanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya di dunia ini, karena seluruh yang dilakukan oleh manusia akan ada pertangungjawabannya di akhirat atau ada balasannya, amal baik akan di balas dengan kebaikan dan amal buruk akan dibalas dengan keburukan. Di dalam ayat lain, Allah berfirman yang artinya: Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula (QS 99:7-8).

Dengan tertanamnya rasa tanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya, seorang anak insya Allah akan berhati-hati dalam melakukan sesuatu agar tidak melakukan kesalahan meskipun kesalahan itu mengandung kenikmatan duniawi, peluang melakukannya besar dan tidak ada orang yang melihatnya, karena Allah Swt tentu maha melihat atas apa yang dilakukannya. Ini berarti ada rasa bertanggungjawab terhadap perbuatan seseorang sangat besar pengaruh positifnya dalam kehidupan, karena dengan demikian masing-masing orang dalam mengontrol dan mengendalikan dirinya sendiri.

Dalam kaitan ini, seorang muslim sangat dituntut memiliki pengetahuan tentang mana yang boleh dan yang tidak boleh dilakukannya, tanpa mengetahui itu, bisa jadi seseorang melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak boleh dilakukannya atau tidak melakukan sesuatu padahal itu merupakan sesuatu yang mesti dilakukannya karena hidupnya dijalani dengan taklid atau ikut-ikutan saja yang tidak dibenarkan Allah Swt sebagaimana yang terdapat dalam Al-Qur'an yang artinya: Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran,penglihatan dan hatisemuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya (QS 17:36).

Dari sini dapat kita simpulkan bahwa, Luqman merupakan seorang ahli hikmah yang patut diteladani dalam mendidik anak, agar sang anak menjadi anak yang shaleh.

Disamping pokok-pokok pendidikan terhadap anak berupa menanamkan tauhid atau iman yang mantap, berbuat baik pada orang tua dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap perbuatan yang dilakukannya, Luqman, seorang ahli hikmah yang namanya diabadikan dalam Al-Qur'an juga menanamkan hal-hal penting lainnya dalam pendidikan terhadap anaknya sehingga sang anak menjadi anak yang shaleh. Allah memfirmankan nasihat Luqman kepada anaknya yang artinya: "Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang munkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)" (QS 31:17).

EMPAT POKOK

Dari ayat di atas, sekurang-kurangnya, ada empat pokok pendidikan yang harus ditanamkan kepada anak.

Membiasakan Shalat

Memerintahkan anak-anak untuk melakukan dan membiasakan shalat merupakan sesuatu yang amat penting dalam kehidupan mereka, karenanya hal itu juga ditekankan oleh Nabi kita Muhammad Saw, di dalam suatu hadits beliau bersabda: Suruhlah anak-anakmu mengerjakan shalat ketika mereka berumur tujuh tahun. Dan pukullah mereka jika tak mau mengerjakannya ketika mereka telah berumur sepuluh tahun (HR. Abu Daud).

Penegasan akan keharusan mendirikan shalat oleh setiap anak merupakan sesuatu yang sangat penting untuk dilakukan orang tua terhadap anaknya, hal ini karena shalat memiliki kedudukan yang sangat penting, yakni sebagai
tiang agama yang bila seorang muslim meninggalkannya, sebagaimana bangunan tanpa tiang, maka bangunan itu akan hancur dan ini berarti bisa hancur juga keislaman dirinya bahkan dia bisa jatuh ke derajat orang-orang kafir dalam arti dia sudah seperti orang kafir karena orang kafir itu tidak shalat. Pengaruh shalat itu sendiri dalam kehidupan seorang muslim juga sangat besar, yakni dapat mencegah dirinya dari perbuatan keji dan munkar sebagaimana firman Allah yang artinya: "dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar" (QS 29:45).

Dalam kaitan membiasakan anak untuk melakukan shalat, maka orang tua juga harus membiasakan anaknya untuk terbiasa juga melakukan shalat berjamaah di masjid bagi anaknya yang laki-laki, hal ini tidak hanya akan memperoleh pahala yang jauh lebih besar, tapi juga mengandung didikan kemasyarakatan yang yang sangat tinggi, mulai dari interaksi, perkenalan hingga nantinya merintis dan menjalin kerjasama dengan masyarakat muslim dalam hal-hal yang baik.

Oleh karena itu orang tua zaman sekarang juga harus menjadi seperti Luqman terhadap anaknya yang amat menekankan agar sang anak melakukan shalat, apalagi banyak sekali hikmah shalat yang amat memberikan pengaruh positif dalam kehidupan seorang muslim.

Melibatkan Anak Dalam Amar Ma'ruf.

Kebaikan merupakan sesuatu yang pasti diketahui oleh setiap orang, maka kebaikan itu disebut juga dengan ma'ruf yang artinya dikenal, namun karena manusia kadangkala terpengaruh atau didominasi oleh hawa nafsunya, meskipun
dia tahu bahwa kebaikan atau yang ma'ruf itu harus dilakukan tetap saja tidak dilakukannya, makanya di dalam Islam ada perintah untuk melakukan apa yang disebut dengan amar ma'ruf (memerintahkan yang baik) kepada orang lain.Kalau Luqman menegaskan keharusan ini kepada anaknya, itu artinya ada pengaruh yang sangat positif dalam diri seseorang, paling tidak dengan memerintahkan kebaikan pada orang lain, kita yang memerintah akan memiliki beban mental akan keharusan kita melakukan kebaikan itu, apalagi bila kita menganjurkan orang lain untuk melakukan kebaikan itu sementara kita sendiri tidak melakukannya, maka Allah justeru akan memurkai kita, di dalam
Al-Qur'an Allah berfirman yang artinya: "Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan" (QS 61:2-3). Bila seorang anak dilibatkan dalam memerintahkan kebaikan, kepada orang lain, paling tidak dia akan mencintai kebaikan itu untuk kepentingan dirinya sendiri.

Melibatkan Anak Dalam Nahi Munkar.

Sesuatu yang bathil atau tidak benar sebenarnya tiap orang telah mengetahuinya, maka manusia pada dasarnya akan selalu mengingkari segala bentuk yang tidak benar, ini sebabnya yang tidak benar atau yang bathil itu disebut dengan munkar. Namun karena manusia seringkali dikuasai oleh hawa nafsunya, sesuatu yang mestinya diingkari malah dilakukannya. Oleh karena itu di dalam Islam ada perintah untuk melakukan nahi munkar (mencegah manusia dari kemungkinan melakukan kemunkaran) dan seorang anak harus dilibatkan dalam aktivitas nahi munkar itu, karena tugas adalah tugas setiap muslim yang sejak kecil seorang anak sudah diikutsertakan di dalamnya.

Dengan melakukan tugas nahi munkar, paling tidak seseorang membenci pada kemungkaran sehingga dia tidak akan melakukannya.Dalam melaksanakan tugas nahi munkar, seorang muslim harus melakukannya sesuai dengan kemampuan masing-masing meskipun hanya dengan hatinya yakni dengan do'a agar seseorang tidak melakukan kemunkaran atau dengan menanamkan rasa benci terhadap kemunkaran itu di dalam hatinya, mencegah kemunkaran dengan hati ini merupakan ukuran bagi selemah-lemahnya iman, Rasulullah Saw bersabda: Barangsiapa melihat kemunkaran, hendaklah dia mencegah dengan tangannya, bila tidak mampu hendaklah dia mencegah dengan lisannya dan bila tidak mampu juga hendaknya dia mencegah dengan hatinya, itulah selemah-lemahnya iman (HR.Muslim).

Dengan amar ma'ruf dan nahi munkar, seorang muslim berarti telah memenuhi kriteria sebagai umat terbaik sebagaimana yang disebutkan Allah dalam Al-Qur'an yang artinya: "Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah" (QS 3:110).

Menanamkan Kesabaran Atas Kesulitan Hidup.

Menjadi muslim yang baik, apalagi kalau terlibat dalam amar ma'ruf dan nahi munkar, tidak selalu bisa berjalan mulus dalam menjalani kehidupan ini dalam arti sangat mungkin adanya hambatan dan kesulitan-kesulitan hidup ini. Sejarah perjalanan umat manusia telah membuktikan kepada kita betapa banyak orang-orang yang melaksanakan amar ma'ruf dan nahi munkar harus menghadapi berbagai kesulitan dalam hidupnya, mulai dari kesulitan dalam hubungan dengan manausia, kesulitan ekonomi sampai kepada nyawa yang terancam. Oleh karena itu sangat tepat apa yang dinasihatkan Luqman kepada anaknya agar sang anak sabar terhadap hal-hal yang menimpa dirinya sebagai konsekuensi dari keimanan dan pembuktiannya, khususnya dalam hal amar ma'ruf dan nahi munkar. Nasihat ini memang sangat penting agar seorang anak tidak putus dalam kesulitan hidupnya lalu menghalalkan segala cara untuk memperoleh sesuatu yang berarti telah meninggalkan prinsip yang diperjuangkannya dalam amar ma'ruf dan nahi munkar itu sendiri. Manakala seseorang memiliki kesabaran dalam hidupnya, maka Allah akan selalu bersama dengannya, Allah berfirman yang artinya: "Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar" (QS 2:153).

Disamping itu, sabar juga menjadi salah satu kunci utama dalam mencapai keberhasilan dalam perjuangan menegakkan agama Allah di muka bumi ini, Allah berfirman yang artinya: "Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung" (QS 3:200).

Dari sini semakin kita sadari bahwa mendidik anak agar menjadi shaleh atau muslim yang sejati bukanlah sesuatu yang mudah, karena itu diperlukan perhatian yang besar dari orang tua terhadap anak-anaknya dalam proses pendidikan dan salah satu perhatian yang besar itu adalah dengan memberikan nasihat-nasihat yang padat makna sebagaimana yang dilakukan Luqman kepada anaknya, apalagi nasihat itu berangkat dari rasa kasih sayang yang dalam.

(dicopy dari Rumah Maya Abu Harits)

Sekitar Aqiqah

Kata Aqiqah berasal dari kata Al-Aqqu yang berarti memotong (Al-Qoth'u). Al-Ashmu'i berpendapat: Aqiqah asalnya adalah rambut di kepala anak yang baru lahir. Kambing yang dipotong disebut aqiqah karena rambut anak tersebut dipotong ketika kambing itu disembelih.

Dalam pelaksanaan aqiqah disunahkan untuk memotong dua ekor kambing yang seimbang untuk anak laki-laki dan satu ekor untuk anak perempuan.

Dari Ummi Kurz Al-Kabiyyah Ra, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Bagi anak laki-laki dua ekor kambing yang sama, sedangkan bagi anak perempuan satu ekor kambing". (HR. Tirmidzy dan Ahmad)

Pelaksanaan aqiqah menurut kesepakatan para ulama adalah hari ketujuh dari kelahiran. Hal ini berdasarkan hadits Samirah di mana Nabi SAW bersabda, "Seorang anak terikat dengan aqiqahnya. Ia disembelihkan aqiqah pada hari ketujuh dan diberi nama". (HR. al-Tirmidzi).

Namun demikian, apabila terlewat dan tidak bisa dilaksanakan pada hari ketujuh, ia bisa dilaksanakan pada hari ke-14. Dan jika tidak juga, maka pada hari ke-21 atau kapan saja ia mampu. Imam Malik berkata : Pada dzohirnya bahwa keterikatannya pada hari ke 7 (tujuh) atas dasar anjuran, maka sekiranya menyembelih pada hari ke 4 (empat) ke 8 (delapan), ke 10 (sepuluh) atau setelahnya Aqiqah itu telah cukup. Karena prinsip ajaran Islam adalah memudahkan bukan menyulitkan sebagaimana firman Allah SWT : "Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu". (QS.Al Baqarah:185

Subhanallah... saat ini masyarakat sudah mulai menyadari makna Aqiqah bahwa Aqiqah tidak hanya untuk bayi. Banyak orang dewasa yang mengaqikahkah diri mereka sendiri, bahkan ada juga yang mengaqikahkan orang tua mereka. Kebanyakan orang tua mereka dulu belum memahami Islam atau berada dalam kondisi ekonomi yang kurang memungkinkan untuk Aqiqah.
Kesadaran ini membuat masyarakat senantiasa berbagi, salah satunya dengan Aqiqah. Karena beberapa orang mungkin menganggap bahwa jika saat berumur 7, 14 atau 21 hari orang tua tidak meng-aqiqah kan maka 'penebusan' diri kita dengan sendirinya terhapus karena sudah melewati masa Aqiqah yang disunnahkan.

Satu ketika al-Maimuni bertanya kepada Imam Ahmad, "ada orang yang belum diaqiqahi apakah ketika besar ia boleh mengaqiqahi dirinya sendiri?" Imam Ahmad menjawab, "Menurutku, jika ia belum diaqiqahi ketika kecil, maka lebih baik melakukannya sendiri saat dewasa. Aku tidak menganggapnya makruh".

Tips Amankan Hak Akses Computer

Bagi tangan jahil, password akun Administrator selalu jadi incaran. Soalnya, administrator punya hak akses penuh untuk melakukan apapun di sistem komputer. Selain alasan tadi, penggunaan user name administrator yang sudah umum digunakan juga menjadi salah satu penyebab akun administrator mudah dibobol. Nggak mau dong kebobolan cuma gara-gara ada yang menebak password…

Salah satu cara untuk menghindari terjadinya pembobolan akun administrator adalah dengan menonaktifkannya. Setelah menonaktifkan administrator, kalau sampai ada yang nekat coba-coba login dengan user name administrator maka akan muncul peringatan “Your account has been disabled. Please see your system administrator.” dan yang pasti proses login nggak bakal dijalankan.

Kalau sampai pengguna yang iseng itu punya akun di komputer untuk login dengan hak akses bukan administrator dan kemudian menggunakan fasilitas Run as... pasti cara itu juga gagal. Setiap usaha mendapatkan akses sebagai administrator akan muncul peringatan Unable to logon: Logon failure: account currently disabled.

Nah, bagi yang ingin menonaktifkan akun administrator di Windows, ikuti langkah-langkah berikut:
1. Klik Klik [Start] > [Control Panel] > [System and Maintenance] > [Administrative Tools] > [Local Security Policy].
2. Bila jendela Local Security Policy telah terbuka, masuklah ke Security Settings-Local Policies-Security Options.
3. Setelah itu, carilah policy Accounts: Administrator account status.
4. Klik dua kali policy tersebut kemudian pilih Disabled.
5. Setelah itu tutup kotak dialog dengan mengklik [OK] dan tutup jendela Local Security Policy.

Jika Anda telah menjalankan trik di atas dengan benar, akun administrator tidak akan dapat diakses lagi. Perlu diingat, sebelum menonaktifkan akun administrator, pastikan Anda telah membuat minimal satu akun dengan user name lain yang mempunyai hak administrator.


Sumber : Tabloid PC Plus Online

Tips Amankan Setting Windows

Setiap kali Anda melakukan perubahan setting, Windows selalu menyimpan setting terakhir yang sudah dilakukan. Penyimpanan seting ini juga dilakukan saat Windows melakukan shut down sehingga seting yang sama tetap ada saat Windows dijalankan berikutnya.

Fasilitas ini bagus dan jelek. Bagusnya, tentu saja fitur ini sangat membantu pengguna. Bisa dibayangkan bagaimana repotnya kalau kita harus mengatur ulang settingan di komputer tiap kali menjalankan Windows. Males banget deh! Sisi buruk dari fasilitas ini tentu terasa bagi pemilik komputer yang digunakan publik. Misalnya pemilik warnet. Pasti nggak mau setingnya diubah-ubah seenaknya oleh orang yang nggak jelas.

Demi mengamankan pengaturan Windows Anda yang dianggap telah optimal, gunakan cara berikut untuk mengunci Windows.
1. Seperti biasa, jalankan Registry Editor.
2. Setelah itu masuk ke subkey HKEY_CURRENT_USERSoftwareMicrosoftWindowsCurrent VersionPoliciesExplorer.
3. Pada subkey Explorer tadi buatlah DWORD value baru dengan nama NoSaveSettings. Caranya klik kanan mouse pada bagian kanan jendela, lalu pilih New > DWORD value dan beri nama NoSaveSettings.
4. Klik dua kali entri yang barusan dibuat tadi lalu isikan value data-nya dengan nilai 1.
5. Tutup Registry Editor dan restart PC.

Sumber : Tabloid PC Plus Online