Senin, 20 Juli 2009

Serba-Serbi Busi

Tipe-Tipe Busi :

- Busi Standart
Busi standar dipakai pada mesin bensin, kendaraan roda-4 (mobil), maupun kendaraan roda-2 (motor) untuk pemakaian sehari—hari

- Busi Resistor
Sistem Kelistrikan pada kendaraan dengan teknologi digital atau elektronik (EFI) dengan arus kecil dengan terganggu dengan pemakaian busi standard, Gangguan tersebut juga bisa dirasakan pada televisi dan radio akibat interfrensi gelombang

-Busi Platinum (ZU)
Busi platinum dirancang untuk pemakaian sehari-hari maupun untuk racing. Dengan daya hantar platinum yang lebih baik, menjamin unjuk kerja mesin lebih baik walaupun pada suhu tinggi dan beban berat. Kebutuhan tegangan busi platinum juga lebih kecil dibanding busi standar sehingga memberikan kemudahan start.

-Busi Iridium
Busi Iridium adalah busi generasi baru dengan ujung elektroda positif berdiameter 0,7 mm untuk pemakaian standar dengan umur pemakaian lebih panjang. Sedangkan diameter 0,4 mm merupakan yang terkecil didunia dipakai untuk kecepatan tinggi atau balapan. Bahan ujung inti elektroda yang digunakan adalah campuran Iridium dan Rhodium (Iridium alloy). Keistimewaan Busi Iridium antara lain dapat menambah campuran bahan bakar udara yang miskin sehingga meningkatkan performa pembakaran baik pada kondisi idle maupun saat berkendara. Kebutuhan tegangan juga lebih baik disetiap kondisi, demikian juga dengan daya akselerasinya.

info teknik:

Untuk menghasilkan unjuk kerja busi yang baik, diperlukan pemasangan yang baik pula. Pemasangan busi yang salah dapt merusak busi ataupun mesin.

Prosedure :
- pasang busi menggunakan tangan sampai putaran maksimal
- lanjutkan dengan menggunakan kunci busi sebesar setengan putaran
- bila menggunakan kunci mpment, perhatikan tabel di bawah ini

8 mm 0.8 ~1.0 kg.m
10 mm 1.0~1.2 kg.m
12 mm 1.5~2.0 kg.m
14 mm 2.0~2.5 kg.m
18 mm 3.0~4.0 kg.m

Tingkat Panas Busi

Tingkat panas busi adalah kemampuan busi dalam menyerap & membuang panas. Menurut tingkat panasnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu Busi Dingin & Busi Panas. Tingkat panas busi ditunjukan dengan nomor tingkat panasnya.

Kondisi Busi Normal:
-Insulator terlihat coklat atau keabu-abuan. Hanya sedikit terdapat bekas pembakaran yang menutupi electroda-electrodanya.
-Mudah dihidupkan, juga pada putaran mesin tinggi ataupun rendah, mesin bekerja dengan baik.

Kondisi Busi Abnormal:

-KOTORAN OLEH KARBON (CARBON FOULING)
Ciri: Insulator dan elektroda tertutup oleh lapisan serbuk karbon kering berwarna hitam.

Kondisi Mesin: Mesin susah dihidupkan, mesin tidak stabil pada kecepatan rendah. Penambahan kecepatan tidak bekerja lagi, dan terjadi mesin mati.

Penyebabnya:
1. Kesalahan pemakaian nomor tingkat panas busi.
2. Campuran bahan berlebihan (Karburator banjir).
3. Saringan udara tersumbat (kotor)
4. Bahan bakar tidak baik mutunya
5. Terlalu lama dipakai pada kecepatan rendah
6. Cuk tidak pada posisi off
7. Kelambatan pada waktu penyalaan

Solusi:
1. Penggunaan bahan bakar yang baik
2. Diperlukan perbaikan (service).
3. Gantilah busi dengan nomor tingkat panas busi yang setingkat lebih panas (nomor kecil)

-KOTORAN OLEH OLI (OIL FOULING)
Ciri: Basah oleh oli yang melapisi permukaan insulator dan elektroda. Kelihatan hitam dan basah.

Kondisi Mesin: Hampir 90% gangguan mesin yang disebabkan oleh busi, dikarenakan kotor oleh endapan karbon (carbon fouling), kotor oleh endapan oli dan kotor oleh endapan timah hitam.

Penyebabnya:
1. Kerusakan pada piston ring (piston ring aus) atau renggangnya klep tidak tepat.
2. Campuran gas bensin dan udara berlebihan (terlalu banyak bensin)
3. Pada mesin 2 tak, campuran oli terlalu banyak/melebihi pemakaian standar.
4. Mesin baru saja turun mesin (overhaul) dimana pada waktu pemasangan bagian mesin menggunakan banyak oli

Solusi:
1. Ganti/perbaiki bagian mesin yang sudah aus/rusak.
2. Stel/bersihkan karburator.
3. Gantilah busi dengan nomor tingkat panas busi yang setingkat lebih panas (nomor kecil)
4. Pada mesin 2 tak, stel pompa oli sesuai dengan standar
5. Gunakan Spesifikasi oli mesin yang tepat (sesuai Standar) dan bermutu baik.

-KOTORAN OLEH TIMAH HITAM
Ciri: Insulator berwarna kuning juga coklat

Kondisi Mesin: Mesin terasa tersendat-sendat pada waktu menambah kecepatan (akselerasi) atau pada waktu kecepatan tinggi.

Penyebabnya: Bensin yang bercampur dengan senyawa timah hitam. Bekas pembakaran senyawa ini, menempel pada ujung busi. Bila kendaraan akselerasi atau dengan kecepatan tinggi, senyawa itu akan meleleh sehingga menimbulkan kebocoran listrik dan kegagalan pembakaran.

Solusi:
1. Gantilah busi dengan nomor tingkat panas busi yang setingkat lebih panas (nomor kecil)
2. Pergunakan bensin premium
3. Jangan mengemudi dengan kecepatan rendah terlalu lama

-KOTORAN OLEH ENDAPAN (DEPOSIT FOULING)
Ciri: Endapan sisa penbakaran atau kerak busi, banyak menempel pada permukaan insulator dan elektroda busi dengan warna yang bermacam-macam.

Kondisi Mesin: Terasa ada gangguan pembakaran pada waktu menambah kecepatan atau pada waktu kecepatan tinggi.

Penyebabnya:
1. Oli yang dipakai kurang baik mutunya.
2. Saringan udara tidak ada (dilepas).
3. Untuk mesin 4 tak, oli mesin naik ke ruang bakar (piston & piston ring aus).

Solusi:
1. Perbaiki/ganti bagian yang rusak.
2. Perbaiki/ganti saringan udara.
3. Pergunakanlah oli yang bermutu baik dan campuran yang tepat
4. Gunakan Spesifikasi oli mesin yang tepat (sesuai Standar) dan bermutu baik.

-PANAS BERLEBIHAN (OVER HEATING)
Ciri: Bagian insulator berwarna putih pucat dan elektroda-elektrodanya terbakar berwarna keungu-unguan serta terlihat aus. Bila kondisi ini diteruskan, ujung-ujung elektrodanya dapat meleleh.

Kondisi Mesin: Tenaga mesin menjadi hilang dan kecepatan pun berkurang. Hal ini timbul apabila dalam kecepatan tinggi, pendakian yang lama atau dengan muatan yang berat. Bila elektroda busi sudah meleleh, pistonpun dapat menjadi rusak (berlubang).

Penyebabnya:
1. Kekeliruan memilih nomor tingkat panas busi.
2. Waktu penyalaan (ignition timing) terlalu cepat.
3. Sistim pendinginan kurang baik.
4. Campuran gas bensin dan udara terlalu tipis (terlalu banyak udara).

Solusi:
1. Pergunakanlah busi dengan nomor tingkat panas busi (heat range) yang setingkat lebih dingin.
2. Sesuaikanlah waktu pengapian (ignition -> timing).
3. Periksa/perbaiki sistim pendinginan
4. Stel dan bersihkan karburator.

Sumber : http://www.denso.co.id

Kisaran Harga Busi Racing

Maraknya event balap motor di Indonesia, ikut membawa angin segar produsen busi. Ya! Peranti pemantik api di ruang bakar ini, mengalami peningkatan penjualan. Apalagi tipe busi racing dan tipe busi di atas busi standar.

“Selama ini sih memang begitu. Terlebih untuk tipe busi iridium dan platinum. Kedua tipe busi ini lumayan banyak dicari,” ujar Sugeng, dari Cineng Motor di Jl. HOS Cokroaminoto, No. 8C, Kreo, Ciledug, Tangerang.

Malah menurut Sugeng, konsumen yang beli juga belum tentu dipakai untuk di motor balap. Tapi bisa juga dipakai harian. Tentu dengan harapan, pengapian di motor bisa mengail performa lebih bagus lagi.

Padahal kalau bicara harga, khususnya untuk tipe busi iridium, punya harga jual yang enggak murah. Ya, busi ini dipasaran dijual dengan banderol sekitar Rp 85 ribuan. Begitunya tetap banyak diminati.

Menurutnya lagi, dari banyaknya tipe busi dan motor, ada empat varian busi yang lebih cepat laku dijual. “Yaitu, untuk Honda CBR 150, Kawasaki Ninja 250R, Suzuki Satria F-150 dan skubek,” timpal pria ramah itu.

Naiknya penjualan kedua tipe busi itu juga dapat tanggapan dari Peter Dionisius. “Memang betul. Iridium dan platinum cukup diminati. Mungkin karena imagenya yang kerap dipakai untuk di motor balap dan punya pengapian yang lebih fokus,” ujar pria yang jabat sebagai Product Development & Promotion, PT. Autochem Industry, distributor busi merek Autolite dari Amerika Serikat.

Sip!

TABEL HARGA

NGK Platinum : Rp 22.500
NGK Iridium : Rp 85.000
G-Power : Rp 85.000
Denso Iridium : Rp 85.000
Splitfire : Rp 30.000
Magnum : Rp 21.000
Autolite Iridium
Autolite Dobel : Rp 85.000
platinum : Rp 50.000
Autolite Racing : RP 50.000
TDR Ballistic : Rp 25.000

Sumber : Motorplus Online

Rata-rata harga busi iridium baik merk Denso maupun NGK adalah Rp 90 ribuan. Untuk Platinum rata-rata Rp 25 ribuan

Tips Reparasi Lampu Sein Tiger Revo

Bikers penyemplak Honda Tiger Revo yang pernah jatuh atau motornya roboh saat diparkir, pada bagian yang terbentur pasti rusak. Salah satu korbannya yang cukup parah adalah sein, karena posisinya nongol keluar.

Karena mengalami benturan, peranti kedip itu pun jadi abnormal. Maksudnya, antara karet dan badan sein terlihat tidak menyatu lagi, jadi terlihat agak bengkok. Ngeselin, kan?

Untuk mengembalikan bentuknya agar lurus seperti semula, sebenarnya mudah. Tapi gak semua motormania mengerti caranya. Maklum, ini peranti kecil yang jarang diperhatikan pemilik kuda besi. Padahal kalo dicuekin, lalu alat ini tak berfungsi normal bisa memicu petaka, lo.

Untuk itu, demi menghindari yang tak diinginkan, mending kita perbaiki. Caranya, mari kita minta bantuan Anto dari bengkel Trigger yang beralamat di Jl. Duren Tiga Raya No.35, Jaksel.

Menurut mekanik pendiam ini, triknya lumayan sederhana. “Intinya lurusin lagi pelat yang ada di dalam karet sein,” jelasnya. “Alat kerja yang dibutuhkan pun hanya kunci pas 10, tang, obeng plus dan obeng min,” tambah mekanik yang bengkelnya dijadikan tempat nongkrong anak klub Tiger ini.

Berikut cara kerjanya, pertama lepas mur pengikat sein pakai kunci pas 10, lokasinya di dalam sepatbor. Lalu lepas sambungan kabel di bawah jok, “Sein kiri warna kabelnya oranye, sedangkan kanan biru muda. Lalu negatifnya, sama-sama hijau,” ungkap Anto.

Setelah itu lepas sein dari tempatnya dengan menariknya keluar. Kalau sudah, ambil obeng plus untuk melepas baut pengikat badan sein yang berada di lubang di mana kabel keluar.

Kalau baut sudah lepas, pisahkan karet sein dari badannya. “Nah di dalam karet sein itu ada pelatnya, keluarkan pakai obeng min. Ketahuan kan kalau bengkok? Sekarang, tinggal luruskan pakai tang,” sambungnya . kemudian rangkai kembali seperti semula.

Kalau sudah selesai dirakit, tinggal dipasang di motor dengan langkah kebalikan dari semula. Mudah dan praktis, kan? Dari pada beli baru sebiji dihargai Rp 85 ribu!

Sumber : Otomotifnet.com

Tips Check Kipas Radiator Jupiter MX

Cegukan, enggak cuma terjadi pada manusia. Motor juga bisa, lo. Ugh.. ugh.. ugh.. gitu yang terjadi di Yamaha Jupiter MX 135. Simpelnya, jalan besutan ini jadi tersendat-sendat. Waduh, enggak enak banget deh penyakitnya!

Kuda besi yang dilengkapi radiator ini bisa begitu tentu banyak pemicunya. Makanya kudu dicek satu per satu. Banyak yang bilang sih, kipas radiatornya tidak bekerja dengan baik. Sehingga suhu mesin pun berlebihan.

Kalo kipas ngadat, radiator enggak bisa membantu mendinginkan suhu mesin dengan maksimal. “Nah, kipas akan bekerja sesuai sinyal dari sensor panas (thermo switch yang ada di samping kanan blok mesin) jika titik didih mencapai 95-98° C,” ujar salah satu staf mekanik dealer Yamaha di daerah Ciledug, Tangerang, Banten yang ogah disebutkan namanya.

Makanya, bagi MX-mania yang mengalami hal sama, harus waspada. Jangan didiamkan, karena bisa merusak komponen lain.
“Setidaknya, cek dulu deh komponen itu!” saran mekanik tadi. Caranya gampang, kok. Ada dua versi; “Bisa dengan dijumper atau dilangsungkan dari kabel kipas ke kunci kontak dan mengetes thermo switch (TS) tadi di atas air panas!”

Langkahnya, pertama siapkan kesabaran. Sebab baut yang mengikat bodi MX cukup banyak. Sudah? Oke, mulai membuka semua baut pengunci di cover bodi tengah pakai kunci L-4. Lalu lepas baut sayap samping kanan.

Dijumper
Setelah bodi terbuka, TS akan tampak. Untuk mendeteksi versi pertama, siapkan dua kabel. “Dengan cara menyambung kabel dari kipas ke kunci kontak atau ke aki ,” ujar Kamil dari Ondol’s Selatan Motor (OSM) di daerah Kostrad, Jaksel.

Lalu koneksi salah satu kabel dari kipas ke kunci kontak atau aki di kutub positif (+). Kabel yang satu lagi dihubungkan ke negatif (-). Apabila kipas berputar, berarti peranti itu masih berfungsi dengan normal dan bagus.

Di Atas Air Mendidih
Kok di atas air panas? Karena komponen ini bekerja melalui suhu panas mesin. Sekarang siapkan dulu air mendidih (95-98 derajat Celcius). Lalu, copot thermo switch dari dudukannya, gunakan kunci 19 pas.

Berikutnya, tes komponen itu di atas air yang mendidih untuk mengetahui O.K atau K.O komponen komponen itu . Jika kipas berputar, berarti komponen itu bekerja dengan baik. Kalo sebaliknya, TS sudah mulai lemah dan harus diganti. “Kalo komponen itu rusak, mau gak mau beli baru. Sebab tak bisa dibetulin,” tutup mekanik tadi lagi.

Sumber : Otomotifnet.com

Cara lain check kipas radiator adalah dengan cara motor dinyalakan diputaran langsam. Kemudian motor digas berkali-kali agar suhu di panel meningkat sampai lama. Contoh kasus di motor CS1, apabila panel suhu di speedometer lebih dari 3 bar, maka dengan sendirinya kipas akan menyala. Jika tidak menyala bisa dipastikan arus terputus, karena sensor yang rusak atau koneksi yang longgar.

Olie Matic vs Olie Mobil

Meski sama-sama katagori oli kopling kering, bukan berarti oli mobil bisa buat motor matik. Ingat, prinsip spek pelumasan tentu menyesuaikan kebutuhan mesin yang dilumasi.

Dengan asumsi itu, keduanya dirancang untuk fungsi yang berbeda.“Jika dikatakan oli mobil bisa dipakai untuk motor matik, sebenarnya memang bisa. Tapi karena peruntukannya berbeda, pasti ada kekurangan yang akan terjadi,” ujar Lucky Hadari, Technical Service Enginering Shell Companies in Indonesia.

Salah satu perbedaanya, mesin motor punya tingkat stress yang lebih tinggi dari mobil. Putaran mesin mobil tak setinggi motor yang bisa tembus di atas 10.000 rpm. Perbedaan kebutuhan itu tentu diikuti ramuan pelumas juga yang beda pula. “Bisa saja dari paket aditif atau formulanya. Ini yang menentukan peruntukan oli,” ungkap pria ramah itu.

Pemakaian oli yang tidak sesuai peruntukan, bisa timbulkan efek. Salah satunya, terjadi oksidasi yang lebih cepat. Performa oli menurun lebih cepat dari seharusnya. Hal ini bisa timbul diakibatkan panas yang berlebih dari mesin motor itu. Namanya Ekajuga tidak sesuai spek. Maka, penggunaannya juga ada yang kurang secara fungsi, kan?

Salah satu cirinya bisa dilihat lewat viskositas. “Biasanya oli akan menjadi lebih kental. Ini berbeda dengan oksidasi yang karena tercampur oli air,” bilangnya.

Nah, kalau sudah begini, efeknya bakal lebih jauh lagi. Jika oli yang sudah teroksidasi itu tetap digunakan, merembet deh ke daya tahan spare-parts. “Itu karena kemampuan atau performa oli untuk melindungi dan melumasi sudah berkurang,” ungkap Lucky yang sekarang juga ngurusin oli untuk alat-alat berat.

Sumber : Motorplus Online