Jumat, 17 Juli 2009

Safety Riding : Aquaplaning

Gejala aquaplaning :
Ada 2 tanda-tanda anda sedang mengalami aquaplaning; bagian belakang kendaraan bergoyang kekiri atau kekanan dan kedua roda kemudi tiba-tiba terasa enteng yang kemudian dikuti bagian muka kendaraan mengarah arah lain.

Aquaplaning :
Istilah itu umumnya digunakan di negara Eropa dan Asia sedangkan Amerika sering disebut juga sebagai Hydroplaning, pada kendaraan bermotor adalah fenomena dimana roda-roda kendaraan melayang diatas permukaan lapisan air. Sebagaimana kalau kita melempar batu tipis dengan keras diatas permukaan air batu tsb akan melayang menyentuh permukaan air beberapa saat sebelum tenggelam dan peristiwa tsb disebut Aquaplaning. Jika ini terjadi pada kendaraan yang sedang anda kemudikan maka akan membuat pengemudi kehilangan arah kendaraan, kecelakaan akan menimpa anda!

Faktor Penyebab :
Type Alur ban dan ketebalan ban/ tire tread depth – sejalan berkurangnya ketebalan ban dan alur nya maka kemampuan ban untuk resist/menyikapi aquaplaning menjadi berkurang. Pengemudi harus memilih ban yang mempunyai alur yg cukup jika mengemudi pada negara yang mempunyai musim hujan yang panjang. Alur yang rapat pada permukaan ban akan membuat terhambatnya pemecahan air, traksi permukaan ban akan segera hilang ketika kendaraan melintasi permukaan air, Ukuran & Bentuk ban – ukuran dan bentuk ban akan mempengaruhi exposure dari aquaplaning. Semakin lebar permukaan ban dengan grip/alur yang rapat akan membuat semakin cepat terjadinya aquaplaning,Tekanan angin – ikuti petunjuk dari produsen ban terhadap ban yang anda gunakan, jangan meneba-nebak. Jelas nya nagin yang berlebih membuat traksi roda akan berkurang,Ketinggian permukaan air – Semakin tinggi permukaan air maka semakin mempercepat berkurangnya traksi roda walaupun pada kecepatan pelan. Ketinggian air yang tipis pada kecepatan diatas 60Km/jam membuat kendaraan mengalamin aquplaning,Permukaan jalan – Aspal akan mudah membuat aquaplaning dibandingkan dengan permukaan beton seperti di jalan toll,Bobot kendaraan – semakin ringan kendaraan akan semakin mudah terjadinya aquaplaning.

Efek negatif yang akan terjadi :
Arah kendaraan tidak akan sesuai dengan keinginan pengemudi, pengemudi akan hilang control terhadap kendaraanya, understeer / lintasan kendaraan akan melebar bahkan terbalik adalah salah satu konsekwensinya,
Stopping distance pada saat pengereman akan semakin panjang. Kemampuan rem akan berkurang, walaupun kendaraan dilengkapi ABS dan EBD dibandingkan didalam kondisi ideal.

Bagaimana menyikapi ketika mengalami Aquaplaning :
Jangan panik, Jangan mengerem seketika – angkat pedal gas. Mengeremlah ketika memang kendaraan sudah dalam kendali, Jangan melakukan gerakan counter steer seketika – ketika ternyata arah kendaraan betul-betul sudah mengarah kearah lain maka anda dapat melakukan gerakan counter steer, diawali kearah mana muka kendaraan mengarah dan kembali kearah lintasan, lakukan berulang kali sampai kendaraan terkontrol kembali.

Mengemudi pada Musim Hujan?
Jika mengemudi pada musim hujan, pengemudi harus menyadari ada beberapa hal negative yang dapat dialaminya, antara lain ;

Jarak pengereman semakin panjang, Visibility berkurang, Traksi roda berkurang dan ini akan mempengaruhi kualitas control pengemudi semisal ; pada saat pengereman dan menikung,

Aquaplaning.
Apa yang harus dilakukan untuk mencegah Aquaplaning? Cek kondisi ban dan tekanan angin nya, Mengemudilah dengan mata memandang jauh kedepan, pada metoda Crash Free Driving yang diselenggarakan oleh JDDC disebut “Pandangan Aman” 30 – 120 detik kedepan. Untuk memonitor sejak awal terhadap permukaan jalan, dengan demikian seorang pengemudi yg menyadari adanya genangan air akan segera mempunyai waktu melakukan perlambatan secara bertahap, Mengemudilah dengan kecepatan moderate (Sedang) pada lintasan basah, Tidak melakukan pengereman tajam ketika pengemudi sedang melintasan lapisan air. Lakukan perlambatan lebih awal dibandingkan ketika mengemudi pada kondisi kering.

Sumber :jddc-online.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar